Rabu, 06 Mei 2009

Makalah MDGs

MAKALAH PEMBANGUNA SEKTOR


PERKEMBANGAN
MILLENIUM DEVELOPMENT GOALS (MDGs)
DI INDONESIA



OLEH:

A R F A N D I K11107033


PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2009






KATA PENGANTAR

Assalamu Alaikum Wr. Wb.
Puji syukur senangtiasa kita panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah Memberikan pengetahuan kepada kita dan terus mencari nilai-nilai kehidupan yang sejatinya adalah ridha Ilahi. Salawat dan salam kepada baginda Muhammad SAW yang berjuang demi tegaknya nilai-nilai kemanusiaan.
Mahasiswa adalah emban masyarakat, amanah dari Tuhan sehingga kita perlu berakselerasi menuju nilai-nilai intelektualitas. Seorang mahsasiswa yang kemudian mampu menjalankan tugas dan tanggung jawab kepada masyarakat, dengan harapan tercapainya kesejahteraan di bidang kesehatan.
Pembaca yang budiman, makalah ini berjudul “Perkembangan millennium Development Goals (MDGs) Di Indonesia” tentunya dengan berbagai sember yang kemudian kami analisis dan menuangkannya dalam bentuk makalah.
Akhirnya Kami mengharapkan semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Oleh karena itu, saran dan kritik yang sifatnya membangun tetap kami nantikan demi kesempurnaan makalah ini ke depan. Amin
Terima Kasih



Makassar, April 2009


Penyusun






DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR …………………………………………………………………..
DAFTAR ISI ……………………………………………………………………………
DAFTAR GAMBAR ……………………………………………………………………
BAB I PENDAHULUAN ………………………………………………………………
A. LATAR BELAKANG …………………………………………………………..
B. RUMUSAN MASALAH ………………………………………………………..
C. TUJUAN …………………………………………………………………………
BAB II PEMBAHASAN ………………………………………………………………..
A. SEJARAH SINGKAT MILLENIUM DEVELOPMENT
GOALS (MDGS) ………………………………………………………………..
B. TUJUAN MILLENIUM DEVELOPMENT
GOALS (MDGS) ………………………………………………………………..
C. PERKEMBANGAN MILLENIUM DEVELOPMENT
GOALS (MDGS) DI INDONESIA ……………………………………………..
BAB III PENUTUP ……………………………………………………………………..
A. KESIMPULAN ………………………………………………………………….
B. SARAN ………………………………………………………………………….
DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………………………..














DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 perbandingan jumlah penduduk miskin
antara kota dan desa ………………………………………………………….
Gambar 1.2 Proporsi Masyarakat Miskin berdasarkan Propinsi, 2007 ……………...
Gambar 1.3 Kekurangan Gizi pada Anak di bawah Lima Tahun ……………………
Gambar 2.1 Angka Partisipasi Sekolah pada
Berbagai Jenjang Pendidikan, 1970-2005 .................................................
Gambar 2.2 Angka Partisipasi Murni
di Sekolah Menengah Pertama per Propinsi, 2006 …………………………..
Gambar 3.1 Rasio antara Anak Perempuan dan Anak Lakilaki
di berbagai Jenjang Pendidikan ………………………………………………
Gambar 4.1 Laju Angka Kematian Bayi dan Balita …………………………………
Gambar 5.1 Tingkat Kematian Ibu …………………………………………………..
Gambar 7.1 Akses terhadap
Sumber Air yang Terlindungi menurut Propinsi, 2006 ………………………
Gambar 8.1 Bantuan sebagai Proporsi dalam
Pengeluaran untuk Pembangunan, 1990-2004 ………………………………
Gambar 8.2 Utang Pemerintah 1996-2006 …………………………………………..
Gambar 9.1 Pencapaian Millenium Develepment Goals (MDGs)
Di Indonesia ………………………………………………………………….
















BAB I
PEMBAHASAN

A. Latar Belakang
Di penghujung abad lalu, Indonesia mengalami perubahan besar yaitu proses reformasi ekonomi dan demokratisasi dalam bidang politik. Tidak begitu lama kemudian, tepatnya pada tahun 2000, para pimpinan dunia bertemu di New York dan menandatangani “Deklarasi Milennium” yang berisi komitmen untuk mempercepat pembangunan manusia dan pemberantasan kemiskinan.
Komitmen tersebut, diterjemahkan menjadi beberapa tujuan dan target yang dikenal sebagai Millennium Development Goals (MDGs). Pencapaian sasaran MDGs menjadi salah satu prioritas utama bangsa Indonesia. Pencapaian tujuan dan target tersebut bukanlah semata-mata tugas pemerintah tetapi merupakan tugas seluruh komponen bangsa. Sehingga pencapaian tujuan dan target MDGs harus menjadi pembahasan seluruh masyarakat.
Untuk membantu terlaksananya proses ini, laporan pencapaian MDG dalam versi pendek ini, ditulis dengan gaya bahasa informal yang dapat dipahami secara lebih mudah. Meskipun pendek dan hanya menyentuh secara singkat tujuan dan target MDGs, diharapkan pembaca akan mendapatkan gambaran mengenai tantangan yang dihadapi Indonesia dalam sasaran MDGs.
Di negara yang sangat luas dan beragam seperti Indonesia, pengumpulan data merupakan pekerjaan yang sulit dilakukan. Meskipun data-data yang ditampilkan dalam laporan ini dapat menggambarkan pencapaian di tingkat nasional, dan dalam beberapa aspek mencapai juga di tingkat provinsi, namun belum menggambarkan capaian pada tingkat kabupaten. Padahal, banyak dari keputusan terpenting yang dapat mempengaruhi kemajuan pencapaian MDGs diambil pada tingkat kabupaten. Karena itu, laporan ini diharapkan bisa membantu memperkenalkan latar belakang MDGs kepada pembaca yang lebih luas, terutama para pengambil keputusan di tingkat daerah.
Untuk beberapa tujuan, diantaranya kemiskinan, pendidikan, kesehatan dan perlindungan terhadap lingkungan, Indonesia bersama negara-negara lainnya, menetapkan target-target yang ambisius namun sangat mungkin untuk dicapai. Kebanyakan dari target tersebut mesti dicapai pada 2015. Oleh karena itu, tahun 2008 menjadi penting, karena tahun ini adalah pertengahan dari target 2015. Melihat pencapaian sampai saat ini, Indonesia sepatutnya berbangga hati.
Kita telah secara nyata mengurangi kemiskinan, dan hampir semua anak laki-laki dan perempuan dapat masuk ke sekolah dasar. Tetapi masih menuntut kerja keras dalam bidang yang lain. Tingginya angka kematian ibu melahirkan dan belum cukup usaha kita untuk melindungi lingkungan merupakan pekerjaan rumah yang harus diselesaikan secara sungguh-sungguh. Walaupun kita sudah mencapai banyak kemajuan, tetapi masih diperlukan kerja keras untuk mencapai semua sasaran MDGs.

B. Rumusan Masalah
Permasalahan-permasalahn yang kemudian dijadikan sebagai rumusan masalah adalah sebagai berikut:
• Bagaimana sejarah dari Millenium Development Goals (MDGs)?
• Apakah yang dimaksud dengan Millenium Development Goals (MDGs)?
• Apakah tujuan dari Millenium Development Goals (MDGs)?
• Bagaimana perkembangan Millenium Development Goals (MDGs) di Indonesia?
C. Tujuan
Dalam menentukan tujuan, tentu mengacu pada rumusan masalah dengan harapan makalah ini lebih tersistematis dalam penyajiannya. Adapun tujuan dari penyusunan makalah ini adalah sebagai berikut;
• Mengetahui sejarah Millenium Development Goals (MDGs)
• Memahami yang dimaksud dengan Millenium Development Goals (MDGs)
• Memahami tujuan Millenium Development Goals (MDGs)
• Mengetahui perkembangan Millenium Development Goals (MDGs) di Indonesia




























BAB II
PEMBAHASAN

A. Sejarah singkat Millennium Development Goals (MDGs)
Pada Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Milenium Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) bulan September 2000, sebanyak 189 negara anggota PBB yang sebagian besar diwakili oleh kepala pemerintahan sepakat untuk mengadopsi Deklarasi Milenium (Millenium Declaration). Deklarasi itu berdasarkan pendekatan yang inklusif, dan berpijak pada perhatian bagi pemenuhan hak-hak dasar manusia (basic human need). Dalam konteks inilah negara-negara anggota PBB kemudian mengadopsi Tujuan Pembangunan Milenium atau Millennium Development Goals (MDG). Setiap tujuan (goal) memiliki satu atau beberapa target. Target yang tercakup dalam MDG sangat beragam, mulai dari mengurangi kemiskinan dan kelaparan, menuntaskan tingkat pendidikan dasar, mempromosikan kesamaan gender, mengurangi kematian anak dan ibu, mengatasi HIV/AIDS dan berbagai penyakit lainnya, serta memastikan kelestarian lingkungan hidup dan membentuk kemitraan dalam pelaksanaan pembangunan. Bab selanjutnya akan membahas setiap tujuan itu secara terinci.
Beberapa hal penting yang perlu mendapat perhatian berkaitan dengan MDG adalah sebagai berikut: Pertama, MDG bukan tujuan PBB, sekalipun PBB merupakan lembaga yang aktif terlibat dalam promosi global untuk merealisasikannya. MDG adalah tujuan dan tanggung jawab dari semua negara yang berpartisipasi dalam KTT Milenium, baik pada rakyatnya maupun secara bersama antar pemerintahan. Kedua, tujuh dari delapan tujuan telah dikuantitatifkan sebagai target dengan waktu pencapaian yang jelas, hingga memungkinkan pengukuran dan pelaporan kemajuan secara obyektif dengan indikator yang sebagian besar secara internasional dapat diperbandingkan. Ketiga, tujuan-tujuan dalam MDG saling terkait satu dengan yang lain.
B. Tujuan Millenium Development Goal (MDG)
1. Memberantas kemiskinan dan kelaparan ekstrem (eradicate extreme proverty and hunger)
2. Mencapai pendidikan dasar yang universal (achieves universal primary education)
3. Mempromosikan persamaan gender dan pemberdayaan perempuan (promote gender equality and empower womenn)
4. Mengurangi jumlah kematian anak (reduce child mortality)
5. Meningkatkan kesehatan ibu (improve maternal health)
6. Memerangi HIV/AIDS, malaria dan penyakit lain (combat HIV/AIDS, malaria and other diseases)
7. Menjamin kelestarian lingkungan (ensure environmental sustainability)
8. Mengembangkan kemitraan global untuk pembangunan (develop a global partnership for development)
C. Perkembangan Millenium Development Goal (MDG) di Indonesia
1. Memberantas kemiskinan dan kelaparan ekstrem (eradicate extreme proverty and hunger)
• Target 1: Menurunkan proporsi penduduk yang hidup di bawah garis kemiskinan menjadi setengahnya antara 1990-2015
Menggunakan garis kemiskinan nasional, angka kemiskinan Indonesia pada 1990 adalah 15,1%. Dasar penghitungan berubah pada 1996, sehingga sebenarnya data setelah itu tidak bisa begitu saja dibandingkan dengan data-data dari tahun-tahun sebelumnya. Seandainya kita menggunakan dasar penghitungan saat ini, angka pada 1990 akan sedikit lebih tinggi dari 15,1%. Namun, karena belum ada perhitungan ulang, laporan ini menggunakan angka 15,1%. Pada 2006, terjadi peningkatan kemiskinan yang kemudian sedikit menurun pada 2007 menjadi 16,6%. Mencermati berbagai kecenderungan akhir-akhir ini, seharusnya masih mungkin untuk mengurangi kemiskinan menjadi 7,5% pada 2015. Sementara, menggunakan garis kemiskinan 1 dollar per hari, situasi sepenuhnya berbeda. Berbasiskan ukuran tersebut, Indonesia telah mencapai target karena berhasil mengurangi tingkat kemiskinan dari 21% (1990) menjadi7,5% pada 2006.
Dua indikator lain memberikan informasi pelengkap. Indikator yang lebih rumit adalah ”rasio kesenjangan kemiskinan (poverty gap ratio)” yang mengukur perbedaan antara penghasilan rata-rata penduduk miskin dengan garis kemiskinan. Pada 1990 rasio-nya adalah 2,7% dan 2,9% pada 2007, menunjukkan bahwa situasi penduduk miskin belum banyak mengalami perubahan. Indikator yang lebih sederhana adalah indicator penyebaran penghasilan: total jumlah konsumsi penduduk termiskin secara nasional adalah 20%. Ini pun belum banyak berubah. Antara tahun 1990 dan 2006, angkanya berada pada sekitar 9%.
Untuk mengetahuinya, BPS melakukan survei sosial ekonomi nasional (Susenas) terhadap sampel rumah tangga. Pada 2007, sekitar 37,2 juta penduduk Indonesia berada di bawah garis kemiskinan. Namun itu merupakan jumlah nasional. Situasinya berbedabeda, dari satu daerah ke daerah lain. Hidup di perkotaan, misalnya, umumnya membutuhkan biaya yang lebih tinggi dibandingkan di perdesaan. Berikut perbandingan jumlah penduduk miskin antara kota dan desa:
Tahun Jumlah Penduduk Miskin
(Juta) Persentase Penduduk Miskin
Kota Desa Kota+Desa Kota Desa Kota+Desa
1996 9,42 24,59 34,01 13,39 19,78 17,47
1998 17,60 31,90 49,50 21,92 25,72 24,23
1999 15,64 32,33 47,97 19,41 26,03 23,43
2000 12,30 26,40 38,70 14,60 22,38 19,14
2001 8,60 29,30 37,90 9,76 24,84 18,41
2002 13,30 25,10 38,40 14,46 21,10 18,20
2003 12,20 25,10 37,30 13,57 20,23 17,42
2004 11,40 24,80 36,10 12,13 20,11 16,66
2005 12,40 22,70 35,10 11,37 19,51 15,97
Sumber: Diolah dari data Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas)
Gambar 1.1 perbandingan jumlah penduduk miskin antara kota dan desa

Sedangkan proporsi masyarakat miskin berdasarkan propinsi tahun 2007 adalah sebagai berikut:

Sumber: BPS- Berita Resmi Statistik, 2007
Gambar 1.2 Proporsi Masyarakat Miskin berdasarkan Propinsi, 2007

Pada 2007, angka kemiskinan nasional adalah 16,6%, atau terdapat sekitar 37,2 juta penduduk miskin. Berdasarkan angka tersebut, artinya pencapaian MDGs kita tidak mengalami kemajuan berarti. Untuk kemiskinan, target yang dipatok adalah 7,5% berdasarkan separuh angka kemiskinan tahun 1990 yang berjumlah 15,1%. Sebenarnya, kondisi saat ini bahkan lebih parah.
• Target 2: Menurunkan proporsi penduduk yang menderita kelaparan menjadi setengahnya antara tahun 1990 dan 2015
Indikator pertama adalah prevalensi anak usia di bawah lima tahun (balita) dengan berat badan kurang. Angka saat ini adalah 28% dan nampaknya akan meningkat. Dengan angka ini, jelas kita tidak (akan) mencapai target. Indikator kedua adalah proporsi penduduk yang mengkonsumsi kebutuhan minimum per-harinya. Dengan menggunakan perhitungan FAO, tampaknya Indonesia masih berada di jalur yang benar untuk mencapai target MDGs ini.


Sumber: BPS – Susenas, berbagai tahun
Gambar 1.3 Kekurangan Gizi pada Anak di bawah Lima Tahun
Tindak Lanjut
Pencapaian tujuan MDG yang pertama tahun 2015 hanya akan dapat dilakukan dengan keikutsertaan dan kerjasama seluruh pemangku kepentingan di setiap kabupaten dan kota. Masyarakat miskin di Indonesia memerkukan akses yang lebih baik untuk mendapatkan makanan, air bersih, pelayanan kesehatan dasar dan pendidikan. Masyarakat miskin juga membutuhkan jalan dan infrastruktur lain untuk mendukung aktivitas ekonomi, dan membuka akses pasar untuk menjual produksi mereka. Tingkat pendapatan masyarakat miskin di Indonesia akan meningkat dengan peningkatan kesempatan kerja dan pengembangan usaha. Perubahan mendasar perlu dilakukan pada tingkat pembuatan kebijakan. Kebijakan yang pro-kemiskinan harus mulai dikembangkan. Dalam era desentralisasi, tanggungjawab pembuatan kebijakan dan penganggaran dibuat di tingkat lokal oleh pemerintahan daerah. Masyarakat sipil dan kalangan swasta, media dan akademisi dapat pula membantu pemerintah dengan menyampaikan kebutuhan kaum miskin melalui advokasi dan keterlibatan langsung dengan pembuat kebijakan.
Keluarga dan kelompok masyarakat di seluruh Indonesia juga harus diberdayakan untuk lebih berperan aktif dalam menentukan dan meraih yang mereka perlukan. Pembangunan berkelanjutan harus dimulai dari akar rumput, dan kemudain bergerak ke tingkat yang lebih tinggi. Untuk membantu kaum miskin agar lebih sejahtera, mereka harus diberi sumberdaya yang cukup untuk membantu mereka tumbuh dan mebjadi sejahtera.


2. Mencapai pendidikan dasar yang universal (achieves universal primary education)
• Target 3: Memastikan bahwa pada 2015 semua anak di manapun, laki-laki maupun perempuan, akan bisa menyelesaikan pendidikan dasar secara penuh
Terdapat dua indikator yang relevan. Pertama, untuk tingkat partisipasi di sekolah dasar, Indonesia telah mencapai angka 94,7%. Berdasarkan kondisi ini, kita dapat mencapai target 100% pada 2015. Indikator kedua berkaitan dengan kelulusan, yaitu proporsi anak yang memulai kelas 1 dan berhasil mencapai kelas 5 sekolah dasar. Untuk Indonesia, proporsi tahun 2004/2005 adalah 82%. Namun, sekolah dasar berjenjang hingga kelas enam. Karena itu, untuk Indonesia lebih pas melihat pencapaian hingga kelas enam. Jumlahnya adalah 77% dengan kecenderungan terus meningkat. Artinya, kita bisa mencapai target yang ditetapkan. Data kelulusan yang digunakan dalam laporan ini berasal dari Departemen Pendidikan Nasional berdasarkan data pendaftaran sekolah. Berbeda dengan Susenas (2004), yang menghitung angka yang jauh lebih besar, yaitu Indikator ketiga untuk tujuan ini adalah angka melek huruf penduduk usia 15-24 tahun. Dalam hal ini, nampaknya kita cukup berhasil dengan pencapaian 99,4%. Meskipun demikian, kualitas melek huruf yang sesungguhnya mungkin tidak setinggi itu karena tes baca tulis yang diterapkan oleh Susenas terbilang sederhana.


Sumber: Kajian Pengeluaran Publik Indonesia, 2007:31
Gambar 2.1 Angka Partisipasi Sekolah pada Berbagai Jenjang Pendidikan, 1970-2005

Sumber: BPS – Susenas 2006
Gambar 2.2 Angka Partisipasi Murni di Sekolah Menengah Pertama per Propinsi, 2006

3. Mempromosikan persamaan gender dan pemberdayaan perempuan (promote gender equality and empower womenn)
Indonesia telah mencapai banyak kemajuan dalam mengatasi persoalan kesenjangan antara laki-laki dan perempuan. Program Wajib belajar 9 tahun telah membawa dampak positif dalam pengurangan kesenjagan dalam dunia pendidikan. Rasio antara partisipasi murid laki-laki dan perempuan, baik partisipasi bersih amupun kotor, sudah hampir mencapai 100% di seluruh tingkat pendidikan. Akan tetapi, keberhasilan ini masi perlu ditingkatkan, terutama untuk kelompok usia yang lebih tua. Masih terdapat cukup banyak kesenjangan dan anggapan yang salah dalam konteks peranan dan gender di masyarakat. Persepsi yang salah ini hampir terjadi di semua aspek kehidupan, mulai dari pekerjaan (kesempatan dan kesetaraan imbalan) hingga keterwakilan di bidang politik.
Proporsi perempuan dalam pekerjaan non-pertanian relative stagnan, begitu pula debngan keterwakilan perempuan di parlemen, yang masing-masing masih berkisar pada 33% dan 11%.
• Target 4: Menghilangkan ketimpangan gender di tingkat pendidikan dasar dan lanjutan, lebih baik pada 2005, dan di semua jenjang pendidikan paling lambat tahun 2015
Yang menjadi indikator utama adalah rasio anak perempuan terhadap anak laki-laki di pendidikan dasar, lanjutan dan tinggi. Disini Indonesia tampaknya sudah mencapai target, dengan rasio 99,4% di sekolah dasar, 99,9% di sekolah lanjutan pertama, 100,0% di sekolah lanjutan atas, dan 102,5% di pendidikan tinggi. Indikator kedua adalah rasio melek huruf perempuan terhadap laki-laki untuk usia 15-24 tahun. Disini pun, tampaknya kita telah mencapai target dengan rasio 99,9%. Indikator ketiga adalah sumbangan perempuan dalam kerja berupah di sektor non-pertanian. Disini kita masih jauh dari kesetaraan. Nilainya saat ini hanya 33%. Indikator keempat adalah proporsi perempuan di dalam parlemen, dimana proporsinya saat ini hanya 11,3%.
Dalam banyak hal, perempuan di Indonesia telah mencapai kemajuan pesat, meskipun, masih cukup jauh dari pencapaian kesetaraan gender. Data tujuan ketiga MDGs menunjukkan hal tersebut dengan cukup jelas. Tujuan ini memiliki tiga target. Pertama, menyangkut pendidikan. Untuk hal ini, nampaknya kita cukup berhasil. Namun, terkait target kedua dan ketiga, yaitu lapangan pekerjaan dan keterwakilan dalam parlemen, kesempatan yang dimiliki perempuan Indonesia masih kurang.
Saat ini, semakin banyak anak perempuan yang bersekolah. Bahkan terjadi kemajuan yang cukup mengejutkan, seperti tergambarkan pada Gambar 3.1 di bawah ini. Grafik menunjukkan rasio antara anak laki-laki


Sumber: BPS-Susenas berbagai tahun
Gambar 3.1 Rasio antara Anak Perempuan dan Anak Lakilaki di berbagai Jenjang Pendidikan

Tindak Lanjut
Pemerintah Indonesia saat ini tengah melakuan banyak strategi untuk mendukung pencapaian tujaun ketiga MDG. Selain program gender di bidang pendidikan, upaya juga dilakukan untuk meningkatkan kesempatan bagi perempuan untuk bekerja di sektor non-pertanian dan kesetaraan imbalan. Aspek pemberdayaan perempuan merupakan langkah penting untuk mencapai tujuan ketiga MDG, termasuk juga peningkatan keterwakilan perempuan dalam aspek politik.
Mekipun Pasal 27 UUD 45 menjamin kesetaraan hak bagi seluruh penduduk Indonesia – laki-laki maupun perempuan, cukup banyak ditemukan praktek-praktek yang justru mendiskriminiskian dan memicu terjadinya kesenjangan, terutama di tingkat daerah. Hal ini mencakup implementasi peraturan daerah yang mengandung unsur dualisme yang tidak sesuai dengan UUD 45. Seluruh pemangku kepentingan di Indonesia, termasuk Pemerintah, masyarakat sipil, sektor swasta, akademisi dan media dapat berperan dalam mencegah dampak negatif dari praktek semacam ini, dengan cara berpedoman secara teguh terhadap hak konstitusional setiap warga negara.
4. Mengurangi jumlah kematian anak (reduce child mortality)
Di Indonesia, dari setiap 1.000 kelahiran, 40 diantaranya akan mennggal sebelum mereka berusia 5tahun. Statistik ini dikenal dengan Angka kematian Balita (AKB). AKB Indonesia saat ini adalah yang tertinggi diantara Negara ASEAN lain. Meskipuns demikian, Indonesia sebenarnya telah mencapai tujuan keempat MDG. Hal yang menjadi pekerjaan kita sekarang adalah memastikan bahwa anak-anak Indonesia mendapatkan hak konstitusional mereka. UU no 23 tentang Perlindungan Anak menyatakan bahwa setiap anak memiliki hak untuk memperoleh pelayanan kesehatan dan keamanan sosial menurut kebutuhan fisik, psikis dan sosial mereka. Sepertiga kematian bayi di Indonesia terjadi pada bulan pertama setelah kelahiran, 80% diantaranya terjadi pada minggu pertama. Penyebab utama kematian adalah infeksi pernafasan akut, komplikasi kelahiran dan diare. Selain penyebab utama, beberapa penyakit menular seperti infeksi radang selaput otak (meningitis), typhus dan encephalitis juga cukup sering menjadi penyebab kematian bayi.
• Target 5: Menurunkan angka kematian balita sebesar dua pertiganya antara 1990 dan 2015
Karena itu, indikator utama tujuan ini adalah angka kematian anak di bawah lima tahun (balita). Target MDGs adalah untuk mengurangi dua pertiga angka tahun 1990. Saat itu, jumlahnya 97 kematian per 1.000 kelahiran hidup. Target saat ini adalah 32 kematian per 1.000 kelahiran hidup. Dengan demikian, Indonesia cukup berhasil. Indikator kedua adalah proporsi anak usia satu tahun yang mendapat imunisasi campak. Angka ini telah meningkat,menjadi 71,6% untuk bayi dan 82,2% untuk anak dibawah 23 bulan pada 2006, namun perlu lebih ditingkatkan lagi.
Bayi adalah anak berusia di bawah satu tahun. Ketika melihat pada angka kematian anak, kita biasanya merujuk pada anak di bawah usia lima tahun (balita). Ini merupakan pembedaan yang bermanfaat, seperti yang bisa dilihat pada Gambar 4.1. Gambar tersebut menunjukkan proporsi anak yang meninggal, baik ketika masih bayi ataupun sebelum mencapai usia lima tahun. Jelas bahwa kita mencapai kemajuan karena proporsi balita yang meninggal kurang dari separuh angka tahun 1990. Pada 2005, angkanya sekitar 40 per 1.000 kelahiran hidup. MDGs menargetkan pengurangan angka tahun 1990 menjadi duapertiganya. Artinya, kita harus menurunkannya dari 97 kematian menjadi 32.

Sumber: BPS – Susenas, berbagai tahun
Gambar 4.1 Laju Angka Kematian Bayi dan Balita
Catatan:
Angka kematian balita juga mencakup angka kematian bayi. Jadi di antara dua garis tersebut adalah jumlah anak yang meninggal antara usia 1 dan 5 tahun.

TindakLanjut
Program Nasional Anak Indonesia menjadikan issu kematian bayi dan balita sebagai salah satu bagian terpenting. Program tersebut merupakan bagian dari Visi Anak Indonesia 2015, sebuah gerakan yang melibatkan seluruh komponen masyarakat, dari mulai pemerintah, sektor swasta hingga akademisi dan masyarakat sipil. Bersama-sama, kelompok ini berusaha meningkatkan kualitas kesehatan dan kesejaheraan Bayi dan Balita. Selain mempromosikan hidup sehat untuk anak dan peningkatan akses dan kualitas terhadap pelayanan kesehatan yang komprehensif, bagian dari Target keempat MDG adalah untuk meningkatkan proporsi kelahiran yang dibantu tenaga terlatih, sehingga diharapkan terjadi perubahan perilaku di masyarakat untuk lebih aktif mencari pelayanan kesehatan, terutama untuk anak dan balita.
5. Meningkatkan kesehatan ibu (improve maternal health)
Resiko kematian ibu karena propses melahirkan di Indonesia adalah 1 kematian dalam setiap 65 kelahiran. Setiap tahun diperkirakan terjadi 20.000 kematian ibu karena komplikasi sewaktu melahirkan dan selama kehamilan. Tingkat Kematian Ibu dihitung berdasarkan jumlah kematian setiap 100.000 kelahiran. Penyebab utama kematian ibu di Indonesia adalah haemorrhage, eclampsia yang menyebabkan tekanan darah tinggi sewaktu kehamilan, komplikasi karena aborsi, infeksi dan komplikasi sewaktu melahirkan. Meskipun Indonesia belum memiliki sistem pendataan yang baik untuk mendapatkan infromasi mengenai AKI, para ahli memperkirakan bahwa AKI pada tahun 1992 di Indonesia adalah 425 Lebih dari satu dekade kemudian, angkanya berubah menjadi 307 per 100.000 kelahiran hidup. Berdasarkan laju ini, diperlukan usaha yang jauh lebih besar untuk mecapai Target MDG ke 5. Selain itu, perhatian khusus harus diberikan kepada daerah miskin, terutama di bagian timur Indonesia, dimana banyak daerah masih memiliki tingkat kematian ibu tertinggi di Indonesia, dan juga karena daerah tersebut memiliki infrastruktur yang sangat terbatas.
• Target 6: Menurunkan angka kematian ibu sebesar tiga perempatnya antara 1990 dan 2015.
Data tersedia yang terdekat dengan tahun 1990 berasal dari tahun 1995. Berdasarkan data-data tersebut, target yang harus dicapai adalah 110. Melihat kecenderungan saat ini, Indonesia tidak akan mencapai target. Indikator kedua yaitu proporsi persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan terlatih, saat ini menunjukkan angka 72,4%.
Setiap tahun sekitar 18.000 perempuan di Indonesia meninggal akibat komplikasi dalam persalinan. Melahirkan seyogyanya menjadi peristiwa bahagia tetapi seringkali berubah menjadi tragedi. Sebenarnya, hampir semua kematian tersebut dapat dicegah. Karena itu tujuan kelima MDGs difokuskan pada kesehatan ibu, untuk mengurangi “kematian ibu”. Meski semua sepakat bahwa angka kematian ibu terlalu tinggi, seringkali muncul keraguan tentang angka yang tepat.


Sumber: SDKI - berbagai tahun
Gambar 5.1 Tingkat Kematian Ibu

Tindak Lanjut
Yang sangat diperlukan oleh Ibu adalah peningkatan akses terhadap pelayana kesehatan berualitas untuk ibu dan anak, terutama selama dan segera setelah kelahiran. Selain peningkatan pelayanan kesehatan, perlu juga diadakan perubahan perilaku masyarakat yang paling rentan terhadap kematian ibu. Hal ini termasuk peningkatan pengetahuan keluarga mengenai status kesehatan dan nurtisi, serta pemberitahuan mengenai jangkauan dan macam pelayanan yang dapat mereka pergunakan. Pemerintah juga perlu untuk meningkatkan sistem pemantauan untuk mencapai tujuan MDG ke 5. Peningkatan sistem pendataan terutama aspek manajemen dan aliran informasi terutama data dasar infrastruktur kesehatan, serta koordinasi antara instansi terkait dengan masyarakat donor juga perlu ditingkatkan untuk untuk menghindari overlap dan kegiatan yang tidak tepat sasaran, sehingga peningkatan kesehatan ibu dapat dicapai secara lebih efektif dan efisien.
6. Memerangi HIV/AIDS, malaria dan penyakit lain (combat HIV/AIDS, malaria and other diseases)
Tujuan keenam dalam MDGs menangani berbagai penyakit menular paling berbahaya. Pada urutan teratas adalah Human Immunodeficiency Virus (HIV), yaitu virus penyebab Acquired Immuno Deficiency Syndrome (AIDS) – terutama karena penyakit ini dapat membawa dampak yang menghancurkan, bukan hanya terhadap kesehatan masyarakat namun juga terhadap negara secara keseluruhan. Indonesia beruntung bahwa HIV belum mencapai kondisi seperti yang terjadi di Afrika dan beberapa negara Asia Tenggara. Jumlah penduduk Indonesia yang hidup dengan virus HIV diperkirakan antara 172.000 dan 219.000, sebagian besar adalah laki-laki. Jumlah itu merupakan 0,1% dari jumlah penduduk. Menurut Komisi Penanggulangan AIDS Nasional (KPA), sejak 1987 sampai Maret 2007, tercatat 8.988 kasus AIDS – 1.994 di antaranya telah meninggal.
• Target 7: Menghentikan dan mulai membalikkan tren penyebaran HIV dan aIDS pada 2015
Prevalensi saat ini adalah 0,1% di tingkat nasional namun pada saat ini tidak ada indikasi bahwa kita telah menghentikan laju penyebaran HIV dan AIDS. Meskipun demikian, kita semestinya bisa melakukannya. Hampir semua data yang ada berikut ini, terkait dengan kelompok-kelompok berisiko tinggi. Prevalensi HIV– Para pengguna napza jarum suntik 2003: Jawa Barat, 43%. PSK perempuan 2003: Jakarta, 6%; Tanah Papua 17%. PSK laki-laki 2004: Jakarta, 4%. Narapidana 2003: Jakarta, 20%. Tes – Melakukan tes selama 12 bulan terakhir dan mengetahui hasilnya, 2004-2005: PSK perempuan, 15%; pelanggan pekerja seks, 3%; pengguna napza jarum suntik 18%; laki-laki yang berhubungan seks dengan lakilaki, 15%. Pengetahuan– Proporsi kelompok yang tahu bagaimana mencegah infeksi dan menolak kesalahpengertian utama 2004: PSK, 24%; pelanggan pekerja seks, 24%; laki-laki yang berhubungan seks dengan laki-laki, 43%; pengguna napza jarum suntik,7%.
Target MDGs untuk HIV dan AIDS adalah menghentikan laju penyebaran serta membalikkan kecenderungannya pada 2015. Saat ini, kita belum dapat mengatakan telah melakukan dua hal tersebut karena di hampir semua daerah di Indonesia keadaannya tidak terkendalikan. Kita bisa saja mencapai target ini, namun untuk itu diperlukan satu upaya besar-besaran dan terkoordinasi dengan baik di tingkat nasional. Masalah utama kita saat ini adalah rendahnya kesadaran tentang isu-isu HIV dan AIDS serta terbatasnya layanan untuk menjalankan tes dan pengobatan. Selain itu, kurangnya pengalaman kita untuk menanganinya dan anggapan bahwa ini hanyalah masalah kelompok risiko tinggi ataupun mereka yang sudah tertular. Stigma yang masih kuat menganggap bahwa HIV hanya akan menular pada orang-orang tidak bermoral. Menjadi sebuah tantangan untuk mengajak semua pihak merasakan ini sebagai masalah yang perlu dihadapi bersama. Kondisi ini dapat terlihat secara jelas jika dibandingkan dengan respon terhadap penyakitpenyakit lain seperti malaria dan Tuberculosis (TBC), dimana lebih mudah melibatkan masyarakat karena tidak ada stigma dan diskriminasi terhadap penyakitpenyakit tersebut.
• Target 8: Menghentikan dan mulai membalikkan kecenderungan persebaran malaria dan penyakit-penyakit utama lainnya pada 2015
Malaria – Tingkat kejadian hingga 18.6 juta kasus per tahun. Jumlah ini mungkin sudah turun. Tuberkulosis (TBC) – Prevalensi: 262 per 100.000 atau setara dengan 582.000 kasus setiap tahunnya. Deteksi kasus: 68%. Angka keberhasilan pengobatan DOTS: lebih dari 91%.
TindakLanjut
Upaya pemerintah untuk memerangi HIV/AIDS dilaksanakan oleh Komisi Nasional Pemnanggulangan AIDS (KPA), sebuah badan nasional yang dibentuk untuk mendukung pelaksanaan kampanye danpemberian informasi yang benar mengenai HIV/AIDS, penyebarannya dan apa saja yang dapat dilakukan oleh setiap orang untuk menghindari dan melindungi diri mereka dari tertular penyakit tersebut. KPA juga membentuk masyarakat untuk mengerti bagaimana hidup bersama ODHA dan untuk tetap hidup secara produktif. Upaya peningkatan pemantauan dan peningkatan fasilitas kesehatan dan perawatan untuk ODHA juga perlu dilakukan. Setiap warga negara dapat membantu menghentikan penyebaran HIV dengan mengurangi resiko penularan dengan melakukan praktek seksual yang aman dan menggunakan kondom secara teratur. Kampanye mengenai Roll Back Malaria dan DOTS juga termasuk usaha yang secara periodik dilakukan untuk memerangi Malaria dan TBC.
7. Menjamin kelestarian lingkungan (ensure environmental sustainability)
Pembangunan di Indonesia telah banyak mengorbankan lingkungan alam. Kita menebang pohon, merusak lahan, membanjiri sungai-sungai dan jalur air serta atmosfer dengan lebih banyak polutan. Tujuan MDGs ketujuh adalah untuk menghalangi kerusakan ini. Pertama, tujuan ini menelaah seberapa besar wilayah kita yang tertutup oleh pohon. Ini penting bagi Indonesia karena kita memiliki sejumlah hutan yang paling kaya dan paling beragam di dunia. Namun tidak untuk jangka waktu yang terlalu lama lagi. Selama periode 1997 hingga 2000, kita kehilangan 3,5 juta hektar hutan per tahun25, atau seluas propinsi Kalimantan Selatan.
Antara tahun 1985 dan 1997, laju deforestasi di Kalimantan, Maluku, Papua, ulawesi dan Sumatra adalah 1.8 juta hektar per tahun. Ancaman utama tehadap hutan hujan Indonesia adalah pembalakan liar di kawasan hutan lindung. Di era desentralisasi dan otonomi daerah, lebih banyak hutan yang dikeploitasi, pembalakan liar semakin menjadi-jadi dan batas kawasan lindung sudah tidak diperdulikan lagi. Panyebab utamanya adalah lemahnya supresmasi hukum dan kurangnya pengertian dan pengetahuan mengenai ptujuan pembangunan jangka panjang dan perlindungna biosphere.
Kualitas air yang sampai ke masyarakat dan didistribusikan oleh PDAM ternyata tidak memenuhi persyarat air minum aman yang dikeluarkan oleh Departemen Kesehatan. Hal ini utamanya disebabkan oleh kualitas jaringan disribusi dan perawatan yang kemudian menyebabkan terjadinya kontaminasi.
Berdasarkan data terahir yang tersedia, akses masyrakat secara umum terhadap fasilitas sanitasi adalah 68%. Akan tetapi, tampaknya sanitasi tidak menjadi prioritas utama pembangunan, baik di tingkat nasional, regional, badan legislative maupun sektor swasta. Hal ini tampat dari relatif kecilnya anggaran yang disediakan untuk sanitasi.
• Target 9: Memadukan prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan ke dalam kebijakan dan program negaraserta mengakhiri kerusakan sumberdaya alam
Indikator pertama adalah proporsi lahan berupa tutupan hutan. Berdasar citra satelit, jumlahnya sekitar 49,9%, atau bahkan mungkin sudah lebih rendah dari angka tersebut. Namun citra Landsat merupakan citra satelit dengan resolusi rendah dan mungkin tidak terlalu sesuai untuk melacak perubahan. Indikator lain adalah rasio kawasan lindung untuk mempertahankan keragaman hayati. Pada 2006 rasio tersebut adalah 29,5% meskipun sebagian dari jumlah tersebut telah dirambah.
Sejauh ini, angka terkini tentang emisi karbon dioksida per kapita adalah 1,34 sedangkan konsumsi bahanbahan perusak lapisan ozon masih pada tingkat 6.544 metrik-ton. Proporsi rumah tangga yang menggunakan bahan bakar padat pada 2004 adalah 47,5%.
• Target 10: Menurunkan separuh proporsi penduduk yang tidak memiliki akses yang berkelanjutan terhadap air minum yang aman dan sanitasi dasar pada 2015
Pada tahun 2006, 52,1% penduduk memiliki akses terhadap air minum yang aman dan kita hampir berhasil untuk mencapai target 67%. Untuk sanitasi kita nampaknya telah melampaui target 65%, karena telah mencapai cakupan sebesar 69.3%, meskipun banyak dari pencapaian ini berkualitas rendah.

Sumber: BPS – Susenas 2006
Gambar 7.1 Akses terhadap Sumber Air yang Terlindungi menurut Propinsi, 2006

• Target 11: Pada 2020 telah mencapai perbaikan signifikan dalam kehidupan (setidaknya) 100 juta penghuni kawasan kumuh
Meskipun 84% rumah tangga telah memiliki hak penguasaan yang aman, baik dengan memiliki ataupun menyewa, namun jumlah komunitas kumuh yang memiliki akses terbatas pada layanan dan keamanan semakin meningkat.
TindakLanjut
Akses dan ketersediaan informasi mengenai sumberdaya alam dan lingkungan merpakan aspek yang perlu ditingkatkan. Program yang seperti ini dapat membantu memperkaya pengetahuan dan wawasan kelompok masyarakat yang hidup di daerah perdesaan dan daerah terpencil mengenai pentingnya perlindungan terhadap lingkungan. Hal ini juga perlu disandingkan dengan promosi mengenai kesehatan dan kebersihan, sehingga masyarakat akan lebih mengerti petingnya air bersih dan dapat berpartisipasi aktif menjaga dan merawat fasilitas air bersih yang ada. Kampanye mengenai pentingnya sanitasi juga perlu dilakukan kepada pemerintah, pembuat kebijakan, dan badan legislatif, termasuk juga kapada masyarakat. Diperlukan investasi dan prioritisasi yang lebih besar untuk meningkatkan akses terhadap air bersih dan pelayanan sanitasi untuk masyarakat di seluruh Indonesia.
8. Mengembangkan kemitraan global untuk pembangunan (develop a global partnership for development)
Tujuan MDGs terakhir ini, terkait dengan kerjasama internasional, yaitu menelaah isu-isu seperti perdagangan, bantuan dan utang internasional. Namun, dalam kenyataan, sebagian besar target dan indikator ditujukan untuk negara-negara maju agar membantu negara-negara termiskin dalam mencapai tujuan-tujuan MDGs lainnya.

Sumber: Chowdhury, A. dan Sugema I
Gambar 8.1 Bantuan sebagai Proporsi dalam Pengeluaran untuk Pembangunan, 1990-2004


Sumber: World Bank Indonesia 2007
Gambar 8.2 Utang Pemerintah 1996-2006


D. Pencapaian Millenium Development Goal (MDG) di Indonesia










Gambar 9.1 Pencapaian Millenium Develepment Goals (MDGs) Di Indonesia















BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Pada Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Milenium Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) bulan September 2000, sebanyak 189 negara anggota PBB yang sebagian besar diwakili oleh kepala pemerintahan sepakat untuk mengadopsi Deklarasi Milenium (Millenium Declaration).
Dalam konteks inilah negara-negara anggota PBB kemudian mengadopsi Tujuan Pembangunan Milenium atau Millennium Development Goals (MDG).
1. Memberantas kemiskinan dan kelaparan ekstrem (eradicate extreme proverty and hunger)
• Target1: Menurunkan proporsi penduduk yang hidup di bawah garis kemiskinan menjadi setengahnya antara 1990-2015
• Target 2: Menurunkan proporsi penduduk yang menderita kelaparan menjadi setengahnya antara tahun 1990 dan 2015
2. Mencapai pendidikan dasar yang universal (achieves universal primary education)
• Target 3: Memastikan bahwa pada 2015 semua anak di manapun, laki-laki maupun perempuan, akan bisa menyelesaikan pendidikan dasar secara penuh
3. Mempromosikan persamaan gender dan pemberdayaan perempuan (promote gender equality and empower womenn)
• Target 4: Menghilangkan ketimpangan gender di tingkat pendidikan dasar dan lanjutan, lebih baik pada 2005, dan di semua jenjang pendidikan paling lambat tahun 2015
4. Mengurangi jumlah kematian anak (reduce child mortality)
• Target 5: Menurunkan angka kematian balita sebesar dua pertiganya antara 1990 dan 2015
5. Meningkatkan kesehatan ibu (improve maternal health)
• Target 6: Menurunkan angka kematian ibu sebesar tiga perempatnya antara 1990 dan 2015.
6. Memerangi HIV/AIDS, malaria dan penyakit lain (combat HIV/AIDS, malaria and other diseases)
• Target 7: Menghentikan dan mulai membalikkan tren penyebaran HIV dan aIDS pada 2015
• Target 8: Menghentikan dan mulai membalikkan kecenderungan persebaran malaria dan penyakit-penyakit utama lainnya pada 2015
7. Menjamin kelestarian lingkungan (ensure environmental sustainability)
• Target 9: Memadukan prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan ke dalam kebijakan dan program negaraserta mengakhiri kerusakan sumberdaya alam
• Target 10: Menurunkan separuh proporsi penduduk yang tidak memiliki akses yang berkelanjutan terhadap air minum yang aman dan sanitasi dasar pada 2015
• Target 11: Pada 2020 telah mencapai perbaikan signifikan dalam kehidupan (setidaknya) 100 juta penghuni kawasan kumuh
8. Mengembangkan kemitraan global untuk pembangunan (develop a global partnership for development)
B. SARAN
Mahasiswa telah mengupayakan menyelesaikan makalah ini, tentunya dengan semangat dan kerja keras dari kami. Kami sangat senang jika makalah ini dibaca dan dikoreksi bila ada kekeliruan di dalamnya. Sebagai mahasiswa yang mengharapkan transfer ilmu dari para staf pengajar, olehnya itu kami berharap ke depannya dosen tidak pernah telat masuk memberikan perkuliahan. Sebab waktu akan terbuang sia-sia, padahal waktu sangatlah berharga bagi kami.


























DAFTAR PUSTAKA

Buku Dan Jurnal:
Adisasmito, Wiku. 2008. Sistem Kesehatan. Jakarta; PT Rajagrafindo Persada

Dyah Ratih Sulistyastuti. 2007. Pembangunan Pendidikan Dan MDGS Di Indonesia. Yogyakarta:

Peter Stalker. 2007, Kita Suarakan Millenium Development Goals (MDGs) Demi Pencapaiannya di Indonesia. Jakarta; BAPPENAS dan UNDP

World Bank, 2006. Making the New Indonesia Work for the Poor, Jakarta, World Bank.

Website:
www.reformata.com


Senin, 17 November 2008

PROMOSI KESEHATAN

Beruabahya life style setiap individu sangat berpotensi mempengaruhi suatu komunitas dan populasi. Yang menjadikan tantangan bagi seorang SKM untuk mengubah behavior. Bagaimana seorang kesehatan masyarakat dikatakan berhasil promosi kesehatannya, apabila prevalensi dan insidensi penyakit menurun. Perlu adanya pemahaman mengenai apa itu promosi kesehatan? dan bagaimana follow up dari seorang promkes dengan gelar SKM pula. Dan perlu kita pahami bahwa, Ada empat prinsip kegiatan kesehatan masyarakat :
1. Sentralitas keputusan berada ditangan masyarakat
2.
Peran provider hanya sebagai fasilitator
3.
Kegiatan utama ditujukan untuk mengatasi kerugian, tekanan dan diskriminasi yang dihadapi masyarakat
4.
Kegiatan tidak terbatas pada aspek kesehatan tetapi berkenaan dengan suatu keadaan sehat Promosi bisa berjalan dengan efektif bila didukung bidang kajian sebagai berikut:
Program Pendidikan Kesehatan, Peraturan/Perundangan,Tindakan Kesehatan Lingkungan, Kebijakan Publik yang sehat, Pengorganisasian, preventif.

Promosi kesehatan adalah ilmu dan seni membantu masyarakat menjadikan gaya hidup mereka sehat optimal. Kesehatan yang optimal didefinisikan sebagai keseimbangan kesehatan fisik, emosi, sosial, spiritual, dan intelektual. Ini bukan sekedar pengubahan gaya hidup saja, namun berkairan dengan pengubahan lingkungan yang diharapkan dapat lebih mendukung dalam membuat keputusan yang sehat. (Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas)

bulan januari 2009 merupakan mementum bagi mahasiswa FKM Unhas angkatan 2007 untuk memilih jurusan yang sesuai dengan kemampuan yang dimiliki. Yang jelasnya apapun jurusan yang kita ambil, tetap kita seorang SKM. Mari kita bersama-sama melanjutkan tongkat estafet kesehatan, demi tercapainya amanat Nasional.